Library Cafe BPKP: Sharing Session Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin Secara Gratis

“Terdapat sekitar 96,4 juta jiwa (36,5%) peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sebagai Penerima Bantuan Iuran (PBI) yang tidak terdaftar di Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS). Hal ini menunjukkan tingginya kebutuhan akses kesehatan bagi masyarakat kurang mampu. Platform Pengobatan Dhuafa hadir sebagai solusi untuk mengatasi berbagai kendala dalam pelayanan kesehatan masyarakat dhuafa, seperti kekurangan alat kesehatan, biaya tambahan bagi pasien yang dirujuk ke rumah sakit lain, dan sebagainya”, demikian dikatakan Iwan Ridwan, Sekretaris Rumah Sehat Terpadu (RST) Dompet Dhuafa, pada acara Library Cafe BPKP “Alternatif Pelayanan Kesehatan: Rumah Sakit Modal Nol” pada Rabu 27 Maret 2024 di Ruang Library Cafe, lantai 1 Gedung BPKP Pusat. Hadir secara luring antara lain Tortama BPKP Agus Sukiswo, Mantan Inspektur Bappenas Bagus Rumbogo, Founder SABISABU (Satu Birokrat Satu Buku) Adrinal Tanjung, dan para pejabat struktural maupun fungsional BPKP, para direktur dan pejabat rumah sakit yang tergabung dalam Yayasan Dompet Dhuafa. Adapun secara daring, acara ini diikuti oleh para pimpinan dan pegawai perwakilan BPKP seluruh Indonesia dan para peserta lainnya.

Hadir sebagai influencer bersama Iwan Ridwan adalah Ismail A. Said, penulis buku "Rumah Sakit Modal Nol", yang juga Ketua Yayasan Rumah Sehat Terpadu (YRST) Dompet Dhuafa. Profesionalitas para influencer tidak diragukan lagi. Ismail A. Said saat menjadi Presiden Direktur Dompet Dhuafa adalah salah satu tokoh yang mendapatkan penghargaan Citi Distinguished Alumni Awards pada tahun 2019 bersama mantan Menteri ESDM RI, Ignasius Jonan. Adapun Iwan Ridwan sendiri pernah menjabat sebagai Direktur Utama Dompet Dhuafa Social Enterprise dari tahun 2017 hingga 2019 dan saat ini masih menjabat sebagai Komisaris Utama RS Aka Medika Sri Bawono Lampung.

Acara yang digagas Deputi Kepala BPKP Bidang PIP Bidang Polhukam PMK Iwan Taufiq Purwanto yang mengikuti secara daring ini bertajuk “Alternatif Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin, Rumah Sakit Modal Nol”.  

Sharing Session yang digelar secara hybrid oleh Kedeputian Pengawasan Bidang Polhukam PMK BPKP dan Pusat Strategi Kebijakan Pengawasan (Putrakajwas) BPKP itu menunjukan kepedulian tinggi BPKP atas kesehatan masyarakat miskin. Sebagian besar agenda pengawasan prioritas (APP) BPKP memang terkait bantuan hajat hidup masyarakat dhuafa itu, baik dari sisi kesehatan, pendidikan maupun kesejahteraan atau ekonomi mereka. Namun bantuan kesehatan itu tentu memiliki keterbatasan dari sisi pendanaan Pemerintah dengan program JKN dengan asuransi kesehatan BPJS-nya. Karena itu, dukungan masyarakat menjadi alternatif pembiayaan lain bagi masyarakat miskin yang harus selalu ditingkatkan.

Dalam sharing session yang dipandu oleh Direktur Pengawasan Pengembangan SDM dan Kebudayaan Dikdik Sadikin itu, Ismail A. Said menjelaskan ikhwal didirikannya RS Terpadu Dompet dhuafa yang tanpa modal.

“Saat itu, tahun 2008,  kami telah memiliki perencanaan untuk membangun rumah sakit berbasis i wakaf, kami mengalami kebuntuan pendanaan pembangunan infrastruktur rumah sakit. Tapi kemudian viral di media tentang pengalaman pahit seorang bapak yang anaknya tiga tahun menderita muntaber dan kurang mendapat pelayanan memadai di RSCM, sehingga akhirnya meninggal,” kenang Ismail. “Tak cukup dengan musibah itu, sang Bapak yang membawa jenazah puterinya dengan gerobak dari RSCM ke Stasiun Tebet untuk naik KRL, tapi ditolak karena tidak dibolehkan  membawa jenazah dengan KRL”.

Publikasi kejadian itu menuai simpati masyarakat terhadap kesulitan kaum dhuafa. Bagai air bah, tidak lebih dari 2,5 tahun terkumpul dana wakaf  pendirian rumah sakit untuk kaum dhuafa. Tidak hanya dari masyarakat muslim, bahkan juga mengalir dari donatur lintas agama. Itu sebabnya, sasaran kaum dhuafa yang dibantu pun tidak membedakan agama pasien. “Meskipun didirikan oleh lembaga Islam, tetapi pelayanan Rumah Sehat Terpadu ini nasionalis dan pancasilais,” tegas Ismail selaku Ketua RST Dompet Dhuafa.

Tidak cukup dengan berdirinya rumah sakit beserta isinya, untuk kesinambungan pelayanan kesehatan kaum dhuafa itu, Iwan Ridwan menyampaikan Platform Pengobatan Dhuafa yang dimiliki RST Dompet Dhuafa. “Platform ini antara lain untuk meningkatkan akses kesehatan bagi masyarakat dhuafa, meringankan beban biaya pengobatan, dan meningkatkan efisiensi dan transparansi dalam penggunaan donasi. Platform ini menjadi terobosan yang dapat membantu meningkatkan kualitas hidup masyarakat dhuafa. Oleh karena itu, dukungan dari semua pihak sangat diperlukan untuk mewujudkan platform ini menjadi solusi yang efektif dan berkelanjutan”, terang Iwan Ridwan sambil memperagakan cara berdonasi melalui media digital yang tersedia di masyarakat, antara lain melalui Qris.

Semoga dengan Sharing Sesion pada Library Cafe BPKP kali ini, pelayanan kesehatan warga miskin secara murah bahkan gratis semakin meningkat. Karena kesehatan adalah hak semua orang. Tidak peduli siapa mereka, kaya atau miskin, apa pun yang menjadi penyakitnya, dan berapa lama perawatan yang mereka butuhkan. Tinggal lagi, bagaimana kepedulian kita dan pertanggungjawaban kita dengan Dia di atas yang telah menitipkan kaum dhuafa itu di muka bumi.