“Tumbuhkan Syukur, Tuai Kebahagiaan”

Ridwan atau yang lebih sering di sapa dengan nama Buyung, mengawali cerita di sore itu. Dia mulai bekerja di BPKP Tahun 1991 dan ditempatkan di bagian anggaran. Selama bekerja di BPKP, Pak Buyung sudah berpindah-pindah bagian, pernah ditempatkan di bagian verifikasi, bagian kas negara, bagian penerimaan BUN 1, bagian penerimaan BUN 2, dan saat ini ditempatkan di bidang IPP. Tahun 1998  Buyung mendaftar untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil. Berkas kelengkapan yang diperlukan sudah masuk. Sayang, Buyung tidak lolos.

Meski begitu, Buyung tidak berputus asa dengan kegagalannya. Baginya, tidak lolos bukanlah masalah. Dari kegagalan itu, Buyung mencoba jalan lain untuk memperbaiki nasibnya. Menyadari dirinya tidak lolos menjadi PNS, Buyung pun tak kehilangan akal. Dia rupanya sudah merencanakan masa depannya dengan begitu matang. Buyung sekolahkan istrinya hingga sarjana. Lalu, dia juga membantu mengusahakan istrinya untuk bisa mendapat pekerjaan yang lebih baik darinya. Saat ini istri Buyung telah bekerja di PDAMKota Makassar.

Bagi Buyung hidup haruslah selalu disyukuri. Tak heran ketika dia ditanya tentang suka dan duka selama bekerja di BPKP, Buyung menjawab bahwa apapun pekerjaan yang diberikan harus diterima dan dilaksanakan dengan senang hati. Satu hal yang membanggakan darinya adalah bahwa salah satu kebahagiaannya adalah saat dia diberikan kepercayaan oleh atasan untuk melaksanakan pekerjaan.

Bagamana tentang dukanya? Menurutnya, dia juga merasakan hal-hal yang tidak membuatnya bahagia. Hal yang wajar dalam bekerja, bukan?Namun katanya, “biarlah duka itu saya sendiri yang rasakan dan tidak perlu dibagi.”

Lain Buyung, lain pula Asmawati atau yang biasa dipanggil Wati ini.  Tak ada yang menyangka kalua ternyata Wati memiliki suara indah. Sore itu dia menghibur audience dengan menyanyikan lagu Hati yang Luka. Jangan ditanya respons audience, meriah. Apalagi ketika tiba pada nada wow…wow..wow…ibarat gayung bersambut, audience langsung secara kompak bernyanyi.

Wati pertama kali bekerja di BPKP pada tahun 1997 dan ditempatkan di bagian pengeluaran 2. Sama seperti Buyung, Wati sudah merasakan pengalaman bekerja di seluruh bidang yang ada di BPKP. Wati pernah ditempatkan cukup lama di Perpustakaan, pernah juga ditempatkan di bidang IPP dan saat ini ditempatkan di bidang APD sebagai sekretaris bidang.

Bagaimana dengan kisah Saleh? Saleh pertama kali bekerja di BPKP Tahun 1997, hanya berselang 4 bulan sebelum Wati bergabung di BPKP. Banyak kisah menarik dibagikan oleh Saleh. Sebagai seorang sarjana komputer, Saleh pun mendapatkan tugas pertama untuk menyelesaikan 3 laporan, di mana saat itu belum banyak orang yang bisa mengoperasikan komputer. Namun, sampai jam pulang kantor tiba, Saleh tidak dapat menyelesaikan satupun laporan tersebut. Tentu menjadi beban beratnya karena gagal memenuhi amanat itu. Untunglah keesokan harinya, dia akhirnya menemukan satu cara baru dan pengalaman baru lagi, yaitu meng-copy-paste laporan. Tumpukan laporan yang menjadi tugasnya pun bisa diselesaikan dengan cara copy-paste.

Tugas yang paling berkesan bagi Saleh ketika dia diikut sertakan dalam tugas untuk menginventarisasi di beberapa pemda di Provinsi Sulawesi Selatan. Satu hal yang membuatnya bangga adalah ketika dia diperkenalkan kepada pihak pemda sebagai teknisi dari Makassar yang akan turut membantu dalam pengelolaan asset daerah di salah satu pemda. Kalimat yang menjadi motivasi bagi Saleh dalam bekerja adalah “Apa yang kita kerjakan hari ini harus kita kerjakan hari ini juga. Menunda beberapa waktu atau menundanya sampai besok hanyalah alasan kemalasan dan atau pelarian dari ketidakmampuan”.

Ketiga narasumber pada Library Café hari itu mengajarkan kepada siapa saja bahwa bahwa hidup ini adalah sebuah pilihan. Ditengah keterbatasan penghasilan -yang jika diukur dengan nominal tergolong kecil/sedikit- yang didapatkan, mereka mampu menjalani hidupnya dan menghidupi kebutuhan keluarga. Bagi Saleh, bahkan mampu menyekolahkan anak hingga sarjana, dan bagi Buyung juga menyekolahkan istri ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Tantangan dalam hidup adalah hal yang pasti. Namun bagaimana kita menyikapi tantangan tersebut akan menentukan langkah kita. Hidup itu tidak berat, akan terasa berat jika kita terus saja memikirkan masalah hidup kita sebagai sebuah hambatan. Diujung ikhtiar pasti ada tangan Tuhan yang memberikan pertolongan.

Selalu mengingat bahwa setiap pekerjaan adalah sebuah ibadah, karena ini dalam bekerja harus dengan sungguh-sungguh. Pekerjaan yang diberikan hari ini harus dapat diselesaikan dengan maksimal, tidak menunda untuk mengerjakan pekerjaan.

Diakhir acara Bapak Sigit Sulistyohadi mewakili seluruh warga BPKP memberika tanda kasih kepada ketiga narasumber. Pak Sigit pun menyampaikan bahwa beliau sangat tidak setuju apabila dikatakan bahwa ketiga narasumber adalah bekerja di BPKP. Beliau menyatakan bahwa ketiga narasumber lebih kayak disebut mengabdi pada BPKP, karena pengalaman dan bakti ketiga untuk BPKP.Acara ditutup dengan mendengarkan pembacaan sebuah puisi yang ditulis dan dibacakan langsung oleh Saleh. (Hanna Souhoka)