Mengajak Pemangku dan Pengelola Air Minum untuk “Kopi Darat”

   

     Fenomena disruption sedang melanda berbagai bidang usaha. Pemanfaatan teknologi digital dan tuntutan peningkatan kualitas layanan sektor publik merupakan bagian dari fenomena tersebut. Hal ini juga terjadi di bidang pelayanan air minum. Kebutuhan air dengan kualitas air minum, perlunya efisiensi produksi dan distribusi, optimalisasi pelayanan purna jual kepada pelanggan adalah beberapa tuntutan yang harus dipenuhi. Semua ditujukan demi suatu pelayanan air minum yang prima.

Tatap muka

     Untuk mendiskusikan fenomena ini dan cara menghadapinya, maka pertemuan tatap muka antar pemangku kepentingan dan pengelola pelayanan air minum menjadi suatu kebutuhan. Langkah ini dilakukan oleh Badan Peningkatan Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum (BPPSPAM), BPKP Pusat, Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Timur dan PDAM Kabupaten Timor Tengah Selatan. Caranya dengan mengadakan pertemuan yang dikemas dalam suatu kegiatan quality assurance atas evaluasi kinerja PDAM yang dilakukan oleh Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kegiatan tatap muka diselenggarakan di PDAM Kabupaten Timor Tengah Selatan pada tanggal 11 April 2019.

Trik sederhana dan berkualitas

     Dalam pertemuan ini, auditor dari Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Timur memaparkan hasil evaluasi kinerja pada PDAM Kabupaten Timor Tengah Selatan tahun 2018. Kinerja yang dipaparkan meliputi aspek keuangan, pelayanan, operasi, dan sumber daya manusia. Dari paparan tersebut dapat diketahui beberapa indikator kinerja yang perlu pembenahan karena capaian nilainya masih belum optimal.

     Selanjutnya, Ibu Lely Hayer, SE, selaku Direktur PDAM Kab. Timor Tengah Selatan menyampaikan kondisi dan beberapa masalah yang menjadi kendala dalam mewujudkan pelayanan air minum. Beberapa hal yang mengemuka adalah keterbatasan anggaran, tingkat kebocoran (Non Revenue Water), dan kapabilitas pegawai.

     Anggota BPPSPAM dari unsur profesi, Ibu Ir. Poppy Indrawati Janto, M.Sc, mengungkapkan beberapa hal untuk mengatasi keterbatasan anggaran. Hal tersebut meliputi peningkatan efisiensi produksi dan distribusi dengan menekan kebocoran. Beberapa trik untuk menekan kebocoran adalah dengan menjaga kualitas alat ukur, mengganti meter air manual dengan meter air yang memanfaatkan teknologi, serta peningkatan kapabilitas pegawai bagian teknik.

     Trik sederhana cara menjaga kualitas alat ukur adalah dengan uji kalibrasi. Kalibrasi adalah kegiatan untuk mengetahui kebenaran nilai penunjukkan suatu alat ukur. Uji ini dapat dilakukan PDAM dengan memanfaatkan pipa dan pompa yang telah dimiliki dengan teknik yang standar untuk uji kalibrasi yang dapat dipelajari.

     Untuk mengatasi meter air di fasilitas produksi dan distribusi yang sering rusak, PDAM diharapkan tidak lagi menggunakan meter air yang manual, tetapi dapat menggunakan meter air yang menggunakan teknologi ultrasonik. Meter air ultrasonik ini memiliki keunggulan pada tingkat akurasi pengukurannya dan dapat bertahan dalam kurun waktu yang lebih lama.

     Untuk peningkatan kapabilitas pegawai, dapat dilakukan dengan mengadakan kegiatan pelatihan yang mengundang narasumber atau instruktur ke kantor. Hal ini selain menghemat biaya juga dapat melibatkan pegawai dalam jumlah yang relatif banyak.

    Dengan beberapa trik tersebut, diharapkan PDAM Kabupaten Timor Tengah Selatan mampu meningkatkan pelayanannya. Kegiatan dilanjutkan dengan peninjauan ke sumber air, fasilitas bak penampung, dan pipa distribusi. Kegiatan ini dimaksudkan untuk melihat fakta penerapan proses bisnis yang dilakukan PDAM.

    Melihat manfaat yang cukup besar, maka kegiatan “kopi darat” di Soe ini dapat menjadi patok banding untuk penyelenggaraan berikutnya. Tentu dengan frekuensi yang lebih banyak dan mengangkat materi segar yang mampu menambah wawasan dalam pengelolaan air minum.